Ketika Akhwat Mengajukan Diri (bag : 2)

Aku mencoba mengingat-ingat. Tak sampai lima menit, aku bisa mengingatnya dengan jelas. Seorang laki-laki berkemeja kotak-kotak tanpa peci membawakan acara buka puasa bersama anak yatim di daerah Jakarta Selatan. Gayanya yang supel dan agak selengekan, tak memperlihatkan tanda-tanda bahwa dia seorang ikhwan. Tapi cukup salut dengannya karena bisa membuat anak-anak kecil tertawa dengan lelucon yang ditampilkannya. Aaahhh, ga salah nih Ka Mia 'naksir' ikhwan seperti dia? Ka Mia yang terkenal sholihah, kalem dan berjilbab lebar 'naksir' ikhwan yang agak selengekan itu.
"Hmm... bukannya Kakak ga kenal dia sebelumnya ya? Dia itu kan yang 'punya' wilayah tempat santunan anak yatim itu bukannya? Ketemunya pas acara itu aja kan?"
"Iya, awalnya emang ga kenal. Ketemu dia juga pas koordinasi beberapa hari menjelang acara dan saat acara. Tapi setelah acara, tepatnya menjelang Idul Fitri, dia add FB-ku. Dari situ akhirnya ada komunikasi via FB. Dan ternyata kantorku juga tertarik untuk menyalurkan qurban Idul Adha di daerahnya, maka jadilah komunikasi itu terjalin kembali."
"Hoo... gitu... Hmm... boleh tau ga ka? Apa sih yang membuat Kakak naksir dia?" rasa keingintahuanku semakin memuncak, hanya ingin tahu apa yang membuat akhwat sesholihah Ka Mia 'naksir' seorang ikhwan.
Dari kejauhan, muncullah seorang akhwat bergamis biru dongker. Rina, seorang saudari di lingkaran ini juga. Maka seperti kesepakatan diawal, liqo ini akan dimulai jika sudah ada satu akhwat lagi yang datang.
"Kapan-kapan lagi aja ya Dhir ceritanya..." ujar Ka Mia setengah berbisik sebelum akhirnya Rina mendekati kami.
Liqo pun dimulai dengan tilawah dan kultum. Tak berapa lama kemudian, Mbak Syifa datang dan memberikan materi tentang sabar.
Tiba-tiba selagi asyik mengetik poin-poin penting dari materi yang disampaikan oleh Mbak Syifa, HP yang kupegang bergetar. Ada SMS masuk. Dari Ka Mia rupanya, padahal kami duduk bersebelahan.
"Dhir, aku mau lanjutin cerita yang tadi, bada liqo, bisa ga? Tapi khawatir dirimu pulang kemaleman..."
Secepat kilat, kubalas SMS-nya: "Insya Allah bisa Ka. Nanti aku pulang naik bajaj, tenang aja.. :)"
"Siip klo gitu, nanti kita sambil dinner aja sekalian..."
"Azzzeeekk... ditraktir... hehe... ^_^ ..."
"Siip, insya Allah... ^_^ ..."
Adzan berkumandang, liqo ditutup sementara untuk shalat maghrib lebih dulu. Aku tak sabar ingin tahu kelanjutan cerita dari Ka Mia, cerita seorang akhwat yang punya kecenderungan lebih dulu terhadap ikhwan. Jarang-jarang ada yang cerita seperti ini ke aku, patut didengarkan. Ya walau kadang ketika seorang akhwat bercerita tak memerlukan saran, maka cukupkan cerita itu sebagai pelajaran.
Liqo pun dilanjutkan. Setelah diskusi tentang materi, saatnya sharing qhodhoya (masalah) dan evaluasi binaan serta amanah. Hingga akhirnya, tepat adzan isya berkumandang, liqo pun usai. Kami bercipika cipiki ria sebelum pulang. Sementara yang lain memutuskan untuk pulang, aku memutuskan untuk sholat isya dulu di masjid, sedangkan Ka Mia yang sedang datang bulan menungguku di teras masjid.
Usai sholat isya, aku dan Ka Mia mulai menelusuri jalan di sekitar RSCM untuk mencari tempat makan. Akhirnya pilihan tempat makan jatuh pada sebuah restoran seafood. Kami memilih menu nasi goreng seafood dan juice strawberry. Sambil menunggu menu yang akan dihidangkan, mulailah cerita tadi sore dilanjutkan.
"Oiya Dhir, tadi sore ceritanya sampai mana ya?" pancing Ka Mia lebih dulu.
"Ohh... tadi itu aku nanya, apa sih yang membuat Kakak punya kecenderungan sama ikhwan itu?" (lanjutan di bag : 3)
Ketika Akhwat Mengajukan Diri (bag : 2) Ketika Akhwat Mengajukan Diri (bag : 2) Reviewed by Suhendra on 5:57 PM Rating: 5

Tidak ada komentar:

ads
Diberdayakan oleh Blogger.